Blogger templates

Senin, 12 September 2011

Garam dan Telaga

Suatu ketka hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Anak muda itu nampak sedang tidak bahagia. Ketika ditanya, anak muda itu langsung menceritakan masalahnya kepada bapak tua yang bijak tersebut. Pak tua yang bijak hanya mendengarkan dengan seksama, hingga anak muda itu selesai bercerita.

Kemudian, setelah anak muda itu selesai bercerita bapak tua tersebut kemudian mengambil segengam garam, dan meminta anak muda tersebut mengambil segelas air. Ditaburkannya garam tersebut kedalam gelas, dan diaduk perlahan. “Coba minum air ini, dan katakan padaku apa rasanya...” ujar pak tua itu.

“Asin, asik sekali!” kata anak muda tersebut sambil meludah ke tanah. Melihat hal tersebut pak tua itu tersenyum, iapun kembali mengambil segengam garam, kemudian ia menaburkan garam tersebut kedalam telaga. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk – aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga tersebut.

“Coba ambil air dari telaga ini, dan minumlah” Mendengar permintaan bapak tua tersebut, si anak muda itu lalu mereguk air ditelaga. “Bagaimana rasanya?” tanya pak tua setelah anak muda itu mereguk air telaga. “Apakah kamu merasakan garam yang ada?” tanyanya kembali.

“Tidak...” jawab anak muda.

Dengan bijak pak tua mengajak anak muda itu duduk berhadapan, bersimpuh disamping telaga. “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan adalah layaknya segengam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.” Kemudian pak tua berhenti sebentar, melihat wajah si anak muda. Setelah beberapa waktu, pak tua itu kembali melanjutkan “Tapi kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua tergantung pada hati kita. Jadi ketika kamu merasakan kepahitan dari kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang dapat kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu” “Jangan jadikan hatimu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan”
Setelah mendengar nasehat pak tua itu, si anak muda menghela nafas lega dan muncul senyum kecil diwajahnya. Mereka kemudian melihat kearah telaga tersebut, duduk menikmati pemandangan sekitar.

0 comments:

Posting Komentar